Minggu, 04 Mei 2014

artikel 2


Integrasi TIK di Kurikulum 2013, sebuah Sains Fiksi


 “TIK tidak dihapuskan dari Kurikulum 2013, tetapi di-integrasikan ke semua mata pelajaran”. Demikian jawaban pemerintah saat Kurikulum 2013 tidak mencantumkan TIK dalam jajaran kurukulumnya. Benarkah statement Kemendikbud tersebut? Atau sekedar statement “ngeles” official, setelah menyadari kesalahan fatalnya tidak menyertakan kurikulum penting itu? Sehingga daripada merevisi absurd kurikulum yang dibuatnya, dibuatlah statement “tambalan” sebagai “jalan kabur” dari kerusakan K13 ?
Integrasi
Mari kita mencermati makna kata ini, menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Intergrasi berarti pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.
Dua hal yang diintegrasikan biasanya menciptakan sesuatu yang berbeda, sebuah bentuk baru yang bulat atau utuh, yang tidak lagi sama dengan bentuk asalnya.
Dari makna tersebut kita mengambil kesimpulan, integrasi TIK ke semua mata pelajaran lain berarti : pembauran TIK dengan mapel lain menjadi kesatuan utuh. Umpama kita mengintegrasikan TIK dengan Bahasa Indonesia, artinya kedua mapel ini berbaur dalam porsi yang sama. Sebuah pelajaran bahasa Indonesia yang juga mempelajari jenis-jenis bahasa pemrograman umpamanya dalam korelasinya sebagai bahasa. Atau TIK diintegrasikan dengan agama, artinya dalam kurikulum akan ada Kompetensi Inti atau Kompetensi Dasar yang mengajarkan tentang bahaya Internet dalam hubungan dengan moralitas. TIK diintegrasikan dengan Matematika, artinya kita belajar tentang Persamaan dan Logika yang digunakan keduanya bersamaan.
Melihat hal itu, berarti ada perubahan dalam KI-KD setiap mapel hasil dari integrasi tersebut. Tidak mungkin sebuah integrasi tanpa mengubah keduanya. Tapi apakah kita melihat perubahan KI-KD dalam K13 yang membahas tentang TIK?
Tanpa hitam diatas putih perubahan KI-KD yang terintegrasi TIK, dapat dikatakan Integrasi TIK dalam K13 adalah kebohongan besar.
K13 Tidak Mempelajari TIK, Tapi Menggunakan TIK
Ini adalah statemen “ngeles” yang kedua oleh Kemendikbud. Namun penggunaan TIK dalam dunia pendidikan Indonesia secara merata adalah sebuah dunia Sains Fiksi. Kenapa saya katakan itu adalah khayalan Sain Fiksi? Apakah pemerintah punya data akan kesiapan tiga hal ini secara nasional?
1. Infrastruktur dan Fasilitas TIK disetiap sekolah.
2. Tingkat Pemahaman dan Kecakapan rata-rata Guru dalam menggunakan TIK.
3. Tingkat Pemahaman dan Ketrampilan rata-rata Siswa dalam menggunakan TIK saat TIK tidak diajarkan secara formal disekolah.
Kalau pemerintah tidak punya ketiga data tersebut, maka saya berani mengatakan bahwa program penggunaan TIK sebagai alat belajar secara merata dalam pendidikan nasional adalah khayalan fiksi. Membuat program mengada-ngada, tidak ada tujuannya.
Demikianlah kita hidup dinegara yang katanya mau bikin pendidikan berbasis Saintikal… tapi dengan proses Fiksi…
Sementara hubungan Sains dan Fiksi hanya satu… yaitu film Sains Fiksi.
Mungkin Kemendikbud tidak seharusnya bikin Kurikulum… mereka lebih cocok bekerjasama dengan Hollywood membuat film sain fiksi.
(http://widiyanto.com/integrasi-tik-di-kurikulum-2013-sebuah-sains-fiksi/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar